Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Halo, kembali lagi dengan saya hanindiastuti dan saya akan membahas apa itu ABK,jenis-jenis ABK dan ciri-cirinya,serta jenis-jenis terapi yang dibutuhkan untuk ABK. Anak Berkebutuhan Khusus atau bisa disebut ABK adalah anak-anak yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik serta kasih sayang dan perhatian yang lebih spesifik. Spesifikasi tersebut ada karena memiliki berbagai hambatan dalam pertumbuhannya dan memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Berikut ini kita akan membahas jenis-jenis ABK, meliputi: 1.Tunanetra: Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah perekam suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium) 2.Tunarungu: Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40 dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55 dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70 dB), Gangguan pendengaran berat(71-90 dB), Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91 dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. 3.Tunagrahita (Down Syndrome): Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. 4.Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi. 5.Tunadaksa: Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. 6.Tunalaras: Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. 7.Cerebral palsy: Gangguan / hambatan karena kerusakan otak (brain injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik 8.Gifted: Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal) 9.Autistis atau autisme: Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. 10.Asperger Disorder atau AD: Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Bedanya, gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah High-fuctioning autism. Adapun hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin. 11.Rett’s Disorder: Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan. 12.Attention deficit disorder with hyperactive atau ADHD: ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf. 13.Lamban belajar atau slow learner: Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespons rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 14.Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik: Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti). Adapun jenis-jenis terapi khusus ABK antara lain: 1.Terapi bermain: Kedengarannya memang aneh, terapi kok bermain? Ya, terapi bermain ini jangan dianggap sepele. Karena dengan terapi bermain, cara belajar ABK bisa tertolong. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang pendidik/terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu. 2.Terapi perkembangan: Adapun contoh dari terapi perkembangan di antaranya Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention). Terapi ini mempelajari minat ABK, kekuatan dan tingkat perkembangannya. Kemudian perlu ditingkatkan lagi kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA (untuk penjelasan terapi ABA bisa dibaca berikutnya) yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik. 3.Applied Behavioral Analysis (ABA): Dikutip dari PAUD Jateng, ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia. 4.Terapi perilaku: Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya, 5.Terapi fisik atau fisioterapi: Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya. 6.Terapi wicara: Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong. 7.Terapi biomedik: Terapi biomedik dikembangkan oleh organisasi bernama DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses (tinja), dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis). 8.Terapi Okupasi atau OT: Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya dengan benar. 9.Terapi sosial: Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya. 10.Terapi visual: Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS (Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi. 10.Terapi musik ritem: Untuk terapi ini biasanya menggunakan alat musik pukul, seperti drum, perkusi, tambur, maupun jimbe. Namun, umumnya terapi musik untuk ABK ini menggunakan musik drum. Adapun salah satu sekolah musik yang membuka terapi musik drum adalah Gilang Ramadhan Studio Band di Solo Grand Mall (SGM) Solo. Musik drum ini sangat baik untuk terapi ABK karena energi yang dikeluarkan sangat banyak. Dengan bermain drum ini anak-anak akan bisa belajar berkonsentrasi dengan waktu yang lama. Selain itu, manfaat dari terapi bermain drum ini adalah ABK bisa melatih koordinasi gerak tangan dan kaki. 11.Hydrotheraphy: Hydrotherapy adalah metode terapi dengan media air. Hydrotherapy bermanfaat untuk semua anak dengan kondisi Cerebral Palsy, baik bagi tipe Cerebral Palsy maupun tipe ketegangan otot rendah,sedang maupun tinggi. Sebagaimana yang kami kutip dari yakkum-rehabilitation.org, anak-anak dengan Cerebral Palsy dapat lebih rileks di air dan dapat dengan mudah menggerakkan lengan dan kaki karena tidak ada gravitasi. Apapun tipe Cerebral Palsy dan seberapa tinggi tingkat kecacatannya, mereka semua bisa dilatih berenang sesuai dengan kondisinya. Bahkan anak-anak dengan tingkat kognitif rendah mendapatkan lebih banyak manfaat dari terapi air ini. Untuk bergerak dan mengapung di air anak membutuhkan kontrol kepala, semua anggota gerak atas-bawah dan stabilitas inti (badan). Dalam posisi tengkurap mereka harus mengangkat kepala mereka, kalau tidak wajah akan terbenam dalam air. Ketika kontrol kepala atau stabilitas inti terlalu lemah maka terapis atau orang tua dapat membantu mereka. Kedua kontrol tersebut adalah dasar-dasar untuk dapat bergerak mengambang di air. Untuk anak Cerebral Palsy hal ini sangat penting karena sebagian besar mereka mengalami kelemahan tersebut. Sementara kontrol kepala dan stabilitas inti sangat diperlukan terutama untuk dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari. 12.DETOKS DAN DIET KETAT: Khusus ABK yang cenderung hiperaktif disarankan untuk diet ketat. Meskipun belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa jenis-jenis makanan tertentu dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan autistik, akan tetapi sejumlah orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus membuktikan dampak diet ketat. Adapun diet ketat tersebut di antaranya “pantang” mengonsumsi makanan yang mengandung tepung terigu, gula tebu, cokelat, pemanis buatan, penyedap buatan, makanan instan, kecap, gluten. well, sekian dulu info dari saya. lebih kurang saya minta maaf. selamat membaca:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Motivasi

Tugas Kelompok 7 Psikologi Pendidikan